Senin, 23 Mei 2016

Ummu Abu Hurairah: Wanita Yang Disayangi Umat

Ummu Abu Hurairah RA, ibunda dari seorang perawi yang paling banyak meriwayatkan hadis Nabi Muhammad SAW, Abu Hurairah RA. Bulan Muharram menjadi awal masuknya cahaya Islam Abdurrahman bin Shakhr al-Azdi, atau dikenal dengan nama kuniyah Abu Hurairah RA.

Ia datang kepada Rasulullah SAW dan menyatakan masuk Islam pada tahun 7 Hijriyah. Sayangnya, langkah ini tak diikuti oleh ibu kandungnya, Umaimah binti Shubaih bin al-Harits. Abu Hurairah RA sangat terkenal di kalangan para ahli hadis. Ia meriwayatkan 5.374 hadis Nabi Muhammad SAW.

Tercatat lebih dari 800 orang perawi dari kalangan sahabat dan tabiin telah meriwayatkan hadis darinya. Beberapa di antara mereka, yaitu Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Anas bin Malik. Tumbuh sebagai lelaki cerdas, Abu Hurairah RA sejatinya seorang anak yatim. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil.

Dalam asuhan ibunya, ia tumbuh menjadi pemuda dengan kecemerlangan otak luar biasa. Ia disebut gudang pengetahuan umat Muslim. Ibunya, Umaimah, sangat mencintai Abu Hurairah RA, begitu juga sebaliknya. Namun, cintanya pada sang anak tak meng gerakkan hatinya untuk memeluk Islam. Sesering apa pun Abu Hurairah RA mengajaknya pada keagungan Islam, ibunya selalu menolak.

Abu Hurairah tak pernah bosan. Ia terus berdakwah kepada ibunya. Ibunya pun juga tak segan untuk terus menolak.

Hal ini menimbulkan kesedihan di hati Abu Hurairah RA. Suatu hari, kesedihan di hati Abu Hurairah RA memuncak. Enggan mendengar ajakan yang tiada henti, sang ibu mengucapkan kalimat buruk tentang Rasulullah SAW. Kalimat itu sangat dibencinya.

Kesedihan Abu Hurairah RA begitu mendalam. Sembari menangis ia pergi menemui Rasulullah SAW. Ia pun mengadukan kejadian yang baru saja dialami kepada sang Rasul. “Wahai Rasulullah SAW! Mohonkan kepada Allah agar Dia memberikan hidayah kepada ibuku,” pintanya kepada Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW memenuhi permintaan Abu Hurairah RA. Ia berdoa kepada Allah SWT agar Ummu Abu Hurairah RA diberi hidayah. Mendengar itu, Abu Hurairah RA merasa lebih tenang. Ia kembali ke rumahnya dengan penuh sukacita. Ia tak sabar ingin mengabarkan kepada ibunya tentang doa Rasulullah SAW tersebut.

Sampai di depan pintu, Abu Hurairah RA tertegun. Ia mendapati pintu terkunci rapat. Mendengar langkah kaki Abu Hurairah RA yang terhenti di depan pintu, ibunya berkata, “Wahai Abu Hurairah RA, tetaplah engkau di luar,” kata Umaimah.

Sejenak Abu Hurairah RA mendengar gemericik air. Tak lama kemudian, sang ibu pun membuka pintu. Ia tampak memakai baju dan kerudung. Tiba-tiba ia berkata, “Wahai Abu Hurairah! Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullah,” ucapnya tanpa disangka-sangka.

Abu Hurairah RA serta-merta mengucapkan takbir. Air matanya tak terbendung. Doa Rasulullah SAW begitu cepat terkabul. Abu Hurairah RA kembali berlari kepada Rasulullah SAW sembari menangis.
Kali ini air matanya menetes bahagia. Dengan wajah ceria, ia menceritakan perihal keislaman ibunya kepada Rasulullah SAW. Ia pun meminta agar Rasulullah SAW mendoakan ibunya kembali. Ia ingin ibunya selalu disayangi oleh setiap orang beriman.

“Wahai Allah! Jadikanlah hamba-Mu ini dan ibunya disayangi oleh setiap orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan,” kata Nabi Muhammad SAW.

Doa itu pun terkabul. Ummu Abu Hurairah RA begitu disayangi oleh orang- orang di sekitarnya. Ia dikenal sebagai wanita yang dermawan dan murah hati. Suatu hari Abu Hurairah RA duduk bersama Humaid bin Malik bin Khaitsam di Aqiq. Tiba-tiba, serombongan orang singgah di sana. Ia meminta Humaid datang ke pada Umaimah dan menyampaikan salamnya. “Berikanlah kami makanan,” kata Abu Hurairah RA, ditirukan oleh Humaid ketika sampai di depan ibunya.

Ummu Abu Hurairah RA kemudian memberikan tiga buah roti, minyak, dan garam dalam sebuah nampan. Ia meletakkannya di atas kepala Humaid. Humaid pun mengantarkan makanan dari Umaimah kepada rombongan. Diletakkannya se- mua makan an tersebut di hadapan Abu Hurairah RA.

“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita kenyang dengan makan roti, yang sebelumnya kita tidak punya makanan apa-apa kecuali aswa dain, yaitu kurma dan air,” kata Abu Hurairah RA. (republika)

 
bloging tips